Pages

Rabu, 04 Juli 2012

PUASA DAN RAHASIANYA


PUASA DAN RAHASIANYA

Definisi
Dalam arti bahasa, puasa adalah menahan. Menurut syari’at, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, berhubungan badan, serta seluruh macam syahwat, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.

Puasa Bulan Ramadlan
Puasa di bulan Ramadlan merupakan salah satu rukun Islam atau kewajiban untuk umat Islam yang berakal sehat dan sudah baligh. Perintah ini berdasarkan QS: Al-Baqarah: 183: Artinya: “wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertqwa.”

Keutamaan Puasa

Dari Abu Hurairah, Rasullullah SAW bersabda: “Puasa itu perisai. Apabila salah seorang di antara kalian berpuasa hendaklah ia tidak berkata keji dan membodohi diri. Jika ada seseorang memerangi atau mengumpatnya, maka hendaklah ia mengatakan: sesungguhnya aku sedang berpuasa. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut yang keluar dari orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi. Orang berpuasa itu meninggalkan makanan dan minumannya untuk diri-Ku (Allah). Maka puasa itu untuk diri-Ku dan Aku (Allah) sendiri yang akan memberikan pahala karenanya. Kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR. Bukhari).
Masih dari Abu Hurairah, Rasullullah SAW bersabda,” apabila datang bulan ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta syaitan-syaitan dibelenggu.” (HR. Muslim)
Beberapa ulama menafsirkan hadits tersebut sebagai berikut: “yang dibelenggu adalah syaitan dalam arti yang sesungguhnya. Adapun syaitan yang diartikan sebagai potensi negatif dalam diri pribadi juga dibelenggu, bagi yang berpuasa, yaitu potensi negatifnya berkurang drastis. Bagi orang yang tidak berpuasa, potensi negatifnya tidak terbelenggu. Yang membelenggu adalah dia sendiri. Selain itu, ada hadits yang mengatakan bahwa salah satu jalan bagi syaitan dalam tubuh adalah darah. Ini maksudnya adalah bagi orang yang makan, maka darahnya akan semakin bertambah. Semakin bertambahnya darah, maka bertambah pula jalan syaitan untuk mempengaruhi diri manusia.
Untuk keutamaan puasa secara umum, bukan hanya pada bulan Ramadlan yaitu yang dikatakan Sahal bin Sa’ad, bahwa Rasullullah SAW bersabda: “Sesungguhnya surga itu mempunyai satu pintu yang disebut Babu Ar-Rayyan. Pada hari kiamat nanti pintu tersebut akan bertanya: di mana orang-orang yang berpuasa? Apabila yang terakhir dari mereka telah masuk, maka pintu itu pun akan tertutup. (HR. Muttafaqun ‘Alaih).

Penetapan Puasa Ramadlan Melalui Ru’yah (Melihat Hilal / Rembulan)

Puasa Ramadlan diwajibkan setelah ru’yah atau melihat hilal / rembulan, sama seperti penetapan hari raya Idul Fitri. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Rasullullah SAW bersabda, “janganlah berpuasa sehingga kalian melihat hilal, janganlah berbuka sehigga kalian melihat hilal (pada bulan Syawal) dan janganlah berbuka sehingga kalian melihatnya. Jika kalian terhalangi oleh mendung, maka perkirakanlah hitungan pada bulan itu.” (HR. Muslim)

Orang-Orang yang Mendapatkan Keringanan (Berbuka) di Saat Berpuasa

 “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan , maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Al-Baqarah: 184).

Berdasarkan ayat di atas orang-orang yang mendapat keringanan berbuka saat puasa adalah  :
a.       Orang yang Sakit
Di sini, yang dimaksud sakit adalah sakit yang ketika seseorang berpuasa, maka sakitnya akan bertambah parah, atau menghambat proses penyembuhannya.
b.      Musafir
Maksud musafir di sini ialah jika seseorang menempuh perjalanan 80 km atau lebih.
c.       Orang yang Sudah Lanjut Usia
Yaitu orang yang sudah lanjut usia dan tidak mampu lagi untuk berpuasa. Hal ini selain berdasarkan ayat di atas, juga berdasarkan hadits Nabi SAW yaitu yang diceritakan dari Ibnu Abbas ra. yang berkata: “orang tua yang sudah lanjut usia diberikan keringanan untuk tidak berpuasa. Akan tetapi, ia berkewajiban untuk memberi makan setiap harinya kepada fakir miskin dan ia tidak perlu mengqada’ puasa yang ditinggalkannya.” (HR. Daruquthni dan dishahihkan oleh Al-Hakim)
d.      Wanita Hamil dan yang Sedang Menyusui
Sebagian ulama mengatakan bahwa wanita hamil dan yang sedang menyusui diperbolehkan berbuka, tetapi harus mengqada’nya dan memberi makan kepada orang miskin (bagi yang mampu).


Rukun Berpuasa
Rukun puasa ada 2, niat dan berpuasa (meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa). Niat ini dilakukan setiap malam pada bulan Ramadlan. Untuk yang puasa sunnah, niat dilakukan pada pada malam hari, namun, ketika niat ini dilakukan pada siang hari, tidak apa-apa (dengan catatan ia belum melalukan perbuatan yang membatalkan puasa apapun).

Sunnah Puasa
Ketika menjalankan puasa disunahkan : makan sahur, mengakhirkan makan sahur, menyegerakan berbuka puasa, berbuka dengan yang manis, membaca do’a ketika berbuka puasa, memberi makan orang yang berpuasa, memperbanyak sedekah, taddarus Al-qur’an.

Yang Membatalkan Puasa
Hal yang membatalkan puasa : muntah dengan sengaja, haidh atau nifas, Jima’, hilangnya kesadaran, makan dan minum ( memasukkan sesuatu ke rongga tenggorokan dengan sengaja ), murtad.

Syarat Wajib Puasa : Islam, Baligh dan sehat akal, suci dari haidh dan nifas, mampu melaksnakan puasa.

Syarat Sah Puasa : Islam, Tamyiz, suci haid dan nifas, bukan hari yang diharamkan berpuasa.

Rahasia Puasa (Menahan Rasa Lapar, Haus, dan Seksual)
Manusia merupakan makhluk yang kompleks. Dalam jiwa manusia terdapat dua sisi, yaitu sisi kemalaikatan dan sisi kebinatangan. Sisi kemalaikatan yaitu pada bagian hati nurani dan sisi kebinatangan yaitu pada sisi nafsu. Akal sendiri merupakan penentu, apakah sisi kemalaikatan yang berjalan atau sisi kebinatangan. Fungsi dari manusia yang dipenuhi oleh sisi kemalaikatan ialah jiwanya selalu sehat. Selain itu, jiwa maupun raga akan mudah dikendalikan, sesuai dengan keinginan hati dan akal sehat. Sebaliknya, jika sisi kebinatangan seseorang lebih mendominasi dan terlewat batas, maka akan mendatangkan penyakit bagi jiwa dan sulit mengendalikan diri (yaitu cenderung berbuat dosa).
Cara mengobati penyakit jiwa dan supaya mudah mengendalikan diri adalah dengan mengurangi sisi kebinatangan yaitu dengan cara berpuasa (Berpuasa itu sendiri adalah aktifitas menahan hawa nafsu yang terdiri dari menahan rasa lapar, haus, dan hubungan seks, serta mengendalikan lidah, hati dan anggota tubuhnya). Inilah makna implisit yang terkandung dalam beberapa hadits seperti yang berbunyi “puasa bisa menekan hasrat seksual” dan “berpuasalah maka engkau sehat”.
Hadits lain yang mengatakan bahwa “apabila datang bulan ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta syaitan-syaitan dibelenggu” juga mempunyai makna implisit yang sama. Sisi kebinatangan terwakili dengan kata “ditutup pintu-pintu neraka dan syaitan-syaitan yang dibelenggu”, dan sisi kemalaikatan diwakili dengan kata “dibukalah pintu-pintu surga”. Jadi yang membelenggu syaitan adalah diri kita sendiri, yaitu dengan cara berpuasa. Hadits ini berlaku bukan hanya pada bulan Ramadlan, tetapi seluruh bulan atau sepanjang masa, selama seseorang itu melakukan puasa.

0 komentar:

Posting Komentar


close
Recent Comments Widget
peluang usaha